KLIKKABAR.COM, JAKARTA – Pengamat militer, Connie Rakahundini Bakrie menyatakan Indonesia memasuki perang yang disebut sebagai Perang Hibrida.
Di mana yang pertama kali diserang adalah warga negara yang rentan dipengaruhi pikiran-pikiran yang destruktif. Ini membuat warga menjadi keras hati dan keras kepala, mendangkalkan pikiran dan menyempitkan jiwanya.
“Sehingga tidak ada toleransi kecuali yang lain tunduk pada standar yang ditentukan pendoktrinnya. Tanpa toleransi, hilang keberagaman. Bhinneka Tunggal Ika menjadi hancur,” ungkap Connie, Rabu (25/11/2020) di Jakarta.
Connie mengajak warga menjaga pemikiran selalu sehat senantiasa. Menurutnya, racun pikiran bisa dibungkus pil apapun, resep jitunya adalah mari berilmu, sering tabayyun (check and recheck) dan melihat dunia luar (berwawasan) yang normal.
“Dengan demikian kek ebalan pikiran dari pengaruh jahat pun akan terbangun,” katanya.
Perang Hibrida strategi militer yang memadukan antara perang konvensional, perang yang tidak teratur dan ancaman cyber warfare, serangan nuklir, senjata biologi dan kimia, alat peledak improvisasi dan perang informasi.
Dalam menghadapi ancaman Perang Hibrida, TNI merespon dan segera beradaptasi dengan situasi yang berkembang agar dapat mengantisipasi serta mengatasinya secara lebih cepat dan tepat.