Pendiri Mualaf Center Indonesia, Steven Indra Wibowo (Koh Steven) meninggal dunia pada Jumat (14//10). Pria yang membimbing sejumlah artis dikabarkan tutup usia hari ini. Koh Steven meninggal usai Shalat Isya. Hal tersebut diungkapkan oleh Andi selaku panitia Hijrah Fest.
“Benar iya meninggal ramai udah beredar di grup.. tapi soal penyakit dan lain, saya nggak bisa omong dulu ya mas,” kata Andi seperti dikutip dari Insertlive.
Agung Heru Setiawan pengurus Mualaf Center Indonesia menjelaskan bahwa Koh Steven meninggal secara tiba-tiba. Dia sama sekali tidak dirawat di rumah sakit. Agung cerita bahwa Koh Steven tiba-tiba saja tumbang usai menjalankan ibadah salat isya. Koh Steven dilarikan ke rumah sakit Wonokromo, Surabaya.
Koh Steven diketahui pernah membimbing Roger Danuarta saat menjadi mualaf. Dia juga sosok yang pernah membicarakan mengenai bobroknya Az Zikra.
Berikut ini kisah Koh Steven mengislam pekerja China di Arab.
Kisah Ketua Mualaf Centre, Steven Indra Wibowo, mengislamkan satu camp pekerja China yang sedang membangun perluasan Masjidil Haram sehingga dia harus dihadapkan kepada Amir Masjidil Haram Syaikh Abdurrahman Sudais viral.
“Ketika saya umrah beberapa tahun silam, suatu saat, saya kaget ketika dijemput di hotel. Yang jemput beberapa askar lagi. Wah mati gue… saya sempat berpikir bakal masuk penjara ini,” kisah Koh Steven Indra dalam sebuah kajian keislaman di sebuah masjid di Kalimantan yang disiarkan di akun Hijrah Yuk di Yotutube.
Cerita tentang mengislamkan pekerja China di Masjidil Haram itu sebenarnya sudah diunggah sejak November 2018, namun akhir-akhir ini kembali ditonton ribuan orang.
Dalam ceritanya di hadapan para jamaah majlis taklim, koh Steven berkisah sekitar tahun 2007 saat dia melaksanakan umrah untuk kesekian kalinya melihat kompleks Masjidil Haram sedang diperluas.
“Di sana begitu banyak para pekerja China. Nah ini menarik saya, karena sepengetahuan saya orang kafir kan tidak boleh berada di Masjidil Haram,” katanya.
Karena itulah, dia ingin mengetahui para pekerja asal China itu. “Saya lalu membeli makanan di rumah makan-rumah makan turki itu, lantas saya bawa kepada mereka. Saya bagi-bagi makanan itu… lalu ngobrol-ngobrol dengan mereka,” cerita Koh Steven.
Beliau akhirnya menanyakan agama mereka. “Ya umumnya mereka tidak beragama. Saya juga bercerita tentang larangan bagi non muslim masuk Masjidil Haram. Singkat cerita, akhirnya saya berhasil mengislamkan mereka. Satu camp semua bersyahadat,” papar Koh Steven.
Nah, sehari setelah persitiwa itulah dia kemudian didatangi askar Masjidil Haram. “Ya kagetlah, waktu itu saya masih di hotel, dijemput askar lagi. Sepanjang perjalanan saya sempat suudzon, kalau saya bakal lama nggak pulang nih.”
Sampai kemudian, dia dipertemukan dengan Syaikh Abdurrahman as-Sudais.
“Saya langsung ditanya, bisa bahasa Arab? Saya bilang Laa (tidak). English? Saya jawab Yes. Beliau malah kemudian mengatakan bahwa dia lulusan Cambridge University… bahasa Inggrisnya jago beliau ini, bisa dites,” kata Koh Steven.
Prof. Dr. Asy-Syaikh Abdurrahman bin Abdul Aziz bin Muhammad as-Sudais atau lebih dikenal dengan Syaikh Abdurrahman as-Sudais adalah Imam Besar dan Khatib Masjidil Haram yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
“Beliau tanya ke saya: Anda tahu, siapa saya. Lha saya jawab; ya tahu lah, Anda adalah Syaikh Abdurrahman as-Sudais, Amir Masjidil Haram.
Lalu beliau tanya lagi; Apa yang Anda lakukan kemarin terhadap 317 pekerja China itu.
Saya jawab; I just convert them to Islam,” papar Koh Steven.
Menurut Steven, beliau kemudian tanya lagi mengapa dia lakukan itu. “Saya bilang; As long as I know, non muslim tidak boleh masuk Masjidil Haram.
Pak Sudais akhirnya hanya mantuk-mantuk, dan malah balik bertanya ke saya; Who are you?”
“Lha, beliau sudah manggil saya kerumahnya, ternyata tidak tahu nama saya. Dari situlah kami akhirnya berbincang akrab. Beliau bahkan mengatakan; kamu tahu, saya ini lahir, besar dan bahkan kemudian menjadi imam di Masjidil Haram. Tapi saya belum pernah mengislamkan satu orang pun,” katanya.
Sejak itulah, Koh Steven kini sangat akrab dengan Syaikh Abdurrahman as-Sudais. “Sekarang kalau saya ke Arab Saudi, saya pasti mampir ke rumah beliau. Saya bahkan sering makan bersama dalam satu loyang… inilah salah satu kebahagian saya menjadi Islam…”